26/01/17

Chapter 5; Mengenal Kakao Lebih Dekat

Kakao untuk penelitian
Kita semua tahu bahwa semua olahan cokelat berasal dari biji kakao yang diolah. Nah, biji kakao tersebut tentunya berasal juga dari pohon kakao! Hihihi. Sudah kenalkah teman-teman dengan pohon kakao? Atau selama ini teman-teman hanya tau olahannya saja tanpa mengenali asal muasalnya? Yup! Kali ini aku akan sedikit membahas seperti apa pohon kakao itu. Sewaktu melaksanakan kerja lapangan di Puslitkoka, aku diperkenalkan oleh Bu Ila tentang pohon kakao. Ternyata semua bagian pohon kakao bermanfaat loh! Mirip-mirip dengan pohon kelapa yang semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Waaaah bahagia ya kalau menjadi pohon kakao atau kelapa yang semua bagiannya bisa dimanfaatkan untuk lingkungan sekitar? *btw kita manusia juga bisa kok bermanfaat seperti kedua pohon tersebut ;)!

Menurut literatur yang pernah ku jadikan sumber dalam makalah seminar kelas,  kakao merupakan komoditas andalan perkebunan Indonesia. Oleh karena itu, kakao memiliki peranan yang cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara (Departemen Perindustrian, 2007). Wiiiih bisa kebayang kan bagaimana peran serta kakao sebagai komoditas andalan dalam perekonomian negara kita? Hmmm kira-kira berapa banyak ya sumber pendapatan dan devisa negara yang diperoleh berkat kakao? Kalau teman-teman penasaran bisa cek langsung di BPS (Badan Pusat Statistik) atau bisa googling, mudah-kan?


Buah kakao
Well, rupa-rupanya kakao menjadi komoditas primadona dilingkup perkebunan Indonesia selain kelapa sawit, karet, kina, kopi, tembakau, dll. Jadi, jangan anggap sebelah mata komoditas ini ya! Cokelat panas, biskuit, roti, dan olahan cokelat yang kalian santap setiap harinya berasal dari olahan biji kakao loh! Ngga kebayang-kan kalau kakao ini ngga eksis di dunia? Pasti bakalan hampa deh hehe. 

Pohon penaung ditepi kebun
Bahasan tentang olahan cokelat emang ngga ada abisnya guys, tapi apakah kalian tahu seperti apa tanaman kakao itu? Pada awalnya, aku mengira bahwa tanaman kakao itu bentukannya seperti pohon mahoni, sengon, dkk, berbatang besar dan tinggi. Saat itu aku bisa mengimajinasikan gambaran yang salah karena aku melihat sekeliling kebun kakao di Puslitkoka ada banyak pohon penaung (mahoni, sengon, dkk). Jadilah seketika itu aku langsung bertanya pada Bu Ila, apakah batang pohon kakao bisa dijual (?). Ini adalah pertanyaan konyol yang pernah aku tanyakan pada seorang peneliti T____T. Langsung saja deh pertanyaanku itu dijawab oleh Bu Ila, "Enggak dek, batang kakao kan kecil paling-paling dijadikan kayu bakar tapi harus dikeringkan terlebih dahulu." Entah, pikiran mengenai pertanyaan itu bisa muncul dari mana, aku pun tak tahu hihi. Setelah cukup lama berkeliling kebun bersama Bu Ila, diriku pun tersadar bahwa diameter batang pohon kakao tidak terlalu besar, bisa dibilang mereka cantik dengan batangnya yang slim hehe.

batang penghubung buah-batang kakao
Mari kita lupakan tentang batang pohon kakao dan beranjak pada bahasan lain hehe *aslinya malu parah #berasabegobanget nanyain hal sepele begituan, yang jelas-jelas jawabannya udah ada duuuh maafkan aku huhu*. Oiya, waktu diajak Bu Ila keliling kebun, aku juga menanyakan apakah buah kakao pernah dijual secara utuh seperti buah-buahan pada umumnya? Kemudian Bu Ila menjawab, "Oh enggak dek, petani jarang banget yang menjual buah kakao utuh. Rata-rata pada diolah dulu atau biji(basah)nya yang dijual." Waaaaah langsung saja muncul pertanyaan, kenapa ya? Padahal kan pulpnya manis (bagian putih-putih yang menutupi biji kakao). Lalu Bu Ila menambahkan, "Soalnya yang bernilai tinggi itu biji kakaonya." Hmmm jadi itu alasannya hehe, kalau dipikir-pikir iya juga sih, primadona utama dari buah kakao-kan bijinya yang diolah menjadi cokelat hihihi.

Kebun pembibitan



Sembari berkeliling menggunakan motor milik Bu Ila sambil bertanya-tanya seperti apa pohon kakao itu, akhirnya kami sampai disalah satu petak kebun koleksi plasma nutfah kakao. Puslitkoka sendiri mempunyai beberapa kebun kakao loh. Hayoooo ada yang tahu? Pasti yang pertama kali berkunjung ke Puslitkoka tidak sadar kalau ada beberapa jenis kebun kakao di sana *pernyataan ini mengarah kepada penulis sendiri hihi ^^. Puslitkoka memiliki beberapa kebun percobaan, yaitu kebun percobaan Kaliwining (kopi robusta dan kakao) di Jember seluas 160,68 ha pada ketinggian 45m dpl, kebun percobaan Andungsari (kopi arabika) di Bondowoso seluas 110 ha pada ketinggian 1000-1200m dpl, dan kebun percobaan Sumberasin (kopi arabika dan robusta) di Malang seluas 100 ha pada ketinggian 550m dpl (Profil Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2014). Yup, kebun milik Puslitkoka banyak sekali ya tersebar di daerah Jawa Timur.

Numpang eksis hehe ^^V
Oiya, lokasi kerja lapanganku ada di Kebun Percobaan Kaliwining guys. Hal ini dikarenakan aku mengambil bahasan kakao di mana tanaman ini paling banyak dibudidayakan di kebun tersebut. Ngomong-ngomong soal jenis kebun di sana, kebun untuk penelitian dan panen dibedakan loh. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, kebun kakao di Puslitkoka ada beberapa kebun, misalnya kebun plasma nutfah, kebun penelitian, kebun khusus panen, dan bedengan (untuk budidaya kakao dari 0 bulan sampai siap dipindahkan ke kebun, semacam kebun pembibitan gitu). Hmmm banyak juga-kan? Ngga kebayang dong seberapa luas kebunnya? Masih penasaran? Silakan berkunjung yaaaa ;)!

Kembali lagi ke kebun koleksi plasma nutfah, di sana Bu Ila menjelaskan kepadaku tentang ciri-ciri buah kakao yang layak panen. Adapun ciri-cirinya adalah perubahan warna (biasanya dari merah ke jingga kekuningan atau hijau ke kuning kecoklatan).  Selanjutnya, Bu Ila mempraktikkan caranya memetik buah kakao dari batang pohon. Bu Ila menjelaskan bahwa kita harus menggunakan pisau tajam yang bersih untuk memotong mmm istilahnya apa ya semacam batang penghubung buah ke batang (kayak tali puser gitu kali ya). Oiya beliau juga menjelaskan kalau buah kakao yang matang itu apabila dikocak-kocak (digoyang-goyang) biasanya berbunyi. Hal ini dikarenakan biji lepas dari kulit bagian dalam yang menandakan buah kakao matang. Langsung saja aku praktikkan dan ternyata memang benar berbunyi, wah asyik bisa makan buah kakao nih pikirku dalam hati hehe. Setelah paham bagaimana caranya memanen buah kakao langsung dari pohonnya, kemudian Bu Ila mengajariku untuk membelah buah tanpa menggunakan alat, alias buahnya dipentalkan ke tanah/batu/batang pohon. Semacam digebruk duh apa ya istilahnya hmmm mungkin dibenturkan kali ya hehe. Nah, sesudah dibenturkan nanti buah pasti akan terbelah, itu caranya hehe~!

Pulp manis kakao yummy!
Buah kakao yang telah dibuka sebaiknya segera dimakan pulpnya hehe *saran macam apa ini*. Akhirnya setelah lama tidak merasakan buah kakao, kesempatan itu datang juga hehe. By the way aku sudah lama loh tidak merasakan buah kakao sejak terakhir kali memakan buah tersebut sekitar umur 7-8 tahun. Waktu itu di depan rumah Simbah Klaten masih ada satu pohon kakao yang besar. Sayangnya, karena sudah berumur dan tidak lagi berbuah pohon tersebut ditebang dan diganti dengan pohon mangga. Menurut beberapa literatur yang aku baca, memang sudah selayaknya apabila pohon kakao itu sudah berumur dan tidak menghasilkan lagi, sebaiknya diremajakan dengan tanaman yang lebih muda *asik**lah kenapa malah diganti pohon mangga Pris? :p hihi*.


Biji kakao calon bahan tanam
Sembari aku mencicipi pulp buah kakao, Bu Ila kemudian menjelaskan padaku kalau buah kakao yang baik dan layak untuk dijadikan bahan tanam adalah buah yang pulpnya masih basah. Soalnya kalau sudah kering biasanya tidak lama lagi akan berkecambah jadi tidak bagus dipilih sebagai bahan tanam. Beliau juga mempraktikkan lagi kepadaku bagaimana caranya mengupas pulp kakao sampai didapatkan biji kakao yang siap diberi perlakuan sebagai bahan tanam. Beliau benar-benar mengupas pulp biji kakao yang sangat licin itu guys, menggunakan kuku jari. Melihat demonstrasi tersebut aku sangat takjub, apalagi beliau mengupasnya dengan sangat hati-hati dan sempurna. Oiya beliau juga memberitahukan apabila biji kakao tergores saat dikelupas akan berefek negatif terhadap bijinya. Jadi, ketika mengelupas pulp harus hati-hati agar biji kakao yang akan dijadikan bahan tanam tetap sempurna ;), kelak mereka akan tumbuh menjadi bibit yang cantik dan menghasilkan hehe.

Pengelupasan pulp
Pengenalan singkat di kebun plasma nutfah saat itupun berakhir. Hari itu, Bu Ila memberikan banyak ilmu pengetahuan tentang kakao khususnya padaku yang bisa dibilang masih awam terhadap komoditas andalan perkebunan Indonesia ini. Semenjak itu, akupun jadi tahu lebih banyak tentang kakao dan menjadi penasaran banget tentang bahan utama olahan cokelat ini. Untuk menjawab beberapa pertanyaan kecil yang mengganggu pikiranku saat itu, lantas saja setelah istirahat siang aku menuju ke perpustakaan untuk membaca beberapa literatur dan jurnal penelitian. Meskipun awalnya sedikit sulit dipahami tetapi akhirnya aku bisa menemukan sebuah buku yang didalamnya mengupas kakao dari sejarah tanaman ini sampai ke negara kita.

Jujur, 
menurut pendapatku, yang kesehariannya lebih mendalami bidang sosial ekonomi, sedikit sulit untuk mempelajari komoditas kakao secara agronomis. Aku harus belajar dari awal apa itu kakao, bagaimana sifat-sifat tanamannya dan hama penyakitnya, dan yang paling aku suka yaitu ketika ada bahasan tentang usahatani kakao *ini sosek banget hehe*.

manis seger :9~
Well, perkenalanku kepada komoditas kakao tidak sesingkat ini lho guys! Masih ada beberapa kegiatan lain yang aku pelajari dan kerjakan di Puslitkoka untuk mengenal lebih dalam komoditas ini. Selain itu, ada juga beberapa kegiatan di luar kerja lapangan yang pastinya bisa bikin kalian ngiriiii hihi~! 
Penasaran kah? Sampai jumpa dipostingan berikutnya yaaaaa.

Happy working!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar