14/05/14

Plagiarisme di Dunia Pendidikan

Oleh : M Prischa Manggala*)
*Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM, Keredaksian BPPM Primordia

Dunia pendidikan tidak terlepas dari menciptakan suatu karya. Karya tersebut berupa tulisan ilmiah dan non ilmiah (populer). Seluruh civitas akademika dibidang pendidikan, khususnya jenjang universitas sangat berkaitan dengan karya tulis yang berupa tulisan ilmiah, seperti laporan praktikum, makalah, jurnal, disertasi, thesis dan skripsi. Namun, sayangnya akhir-akhir ini sering ditemui kasus-kasus plagiarisme di dunia pendidikan.
Bidang pendidikan adalah bidang yang mengajarkan kita untuk mengapresiasi dan mengakui karya dan hasil kerja orang lain. Ketika kita menganggap pikiran dan karya orang lain menjadi pikiran kita tanpa ijin, maka hal itu sudah bisa dikatakan plagiarisme. Plagiarisme mempunyai pengertian sebagai kegiatan penjiplakan atau pengakuan atas karya orang lain oleh seseorang yang menjadikan karya tersebut sebagai karya ciptaannya (Mochamad, 2013). Plagiarisme di dalam dunia pendidikan sendiri merupakan persoalan serius, karena itu sangat krusial, sedangkan di dalam dunia pendidikan kita diajarkan untuk berbuat jujur.
Di Indonesia, khususnya pada jenjang pendidikan S1 sering terjadi kegiatan plagiarisme. Meskipun masih banyak mahasiswa S1 yang tidak sadar bahwa mereka sedang melakukan suatu plagiarisme. Contoh kegiatan plagiarisme yang sering dilakukan yaitu tidak dicantumkannya sumber yang jelas, lengkap, dan benar pada penulisan tugas laporan praktikum dan makalah. Acap kali mahasiswa mengambil sumber untuk tugas dari internet secara copy paste, yang kadang tidak valid. Hal ini membuat dosen, khususnya Pak Subejo menyikapi plagiarisme pada  mahasiswa S1 ( tingkat 1, 2, dan 3 ) masih memaklumi dalam batas tertentu karena ketidaktahuan dan belum paham dalam mensitasi dan menulis dengan baik. Namun, pada mahasiswa S1 yang akan menempuh skripsi jika melakukan plagiarisme akan ditegur karena mereka sudah mendapatkan mata kuliah metode penelitian yang harapannya sudah tahu betul aturan penulisan yang benar. Teguran keras yang sama juga diberikan pada mahasiswa S2 dan S3 yang melakukan plagiarisme. Hal ini dikarenakan mahasiswa S2 dan S3 sudah tahu betul tentang aturan penulisan.
Bagi dosen sendiri, sangat mudah mengenali apakah tugas mahasiswa yang dalam bentuk makalah maupun laporan tersebut asal copy paste tanpa menyebut sumbernya. Hal ini dilakukan dengan suatu software dengan cara memasukkan dokumen (tulisan), kemudian software tersebut akan mengenali tulisan tersebut dengan tulisan tertentu atau dokumen lain yang sama. Selain itu ada cara klasik, yaitu dengan membaca semua tulisan tersebut kemudian akan kelihatan ada bagian tertentu yang sangat bagus, runtut, dan tidak bagus. Keragaman bagian ini mengindikasikan ada cuplikan dari tulisan orang lain. Selain menggunakan software dan cara klasik, internet juga dapat mengenali tulisan yang diplagiat karena internet merupakan mesin elektronik yang dapat mencari dan menemukan dengan sangat mudah.
 Kegiatan plagiarisme yang terus-terusan dibiarkan ini lama-kelamaan akan menjadi suatu masalah yang besar. Hal ini akan membiasakan seseorang untuk mengambil hak orang lain, korupsi misalnya. Bahkan, apabila karya yang kita hasilkan ini menjadi karya ilmiah dan populer kemudian dipublish, kita bisa diperkarakan sehingga gelar bisa dicopot. Pada dasarnya, plagiarisme bukanlah hal kriminal, melainkan menyangkut etika seseorang. Menjiplak suatu karya dalam bentuk tulisan merupakan pelanggaran etika karena berkaitan dengan sanksi sosial. Padahal seorang akademisi harusnya menjunjung tinggi nilai kejujuran. Kejujuran tersebut adalah mengakui dan mengapresiasi karya orang lain. Untuk membuat efek jera bagi mahasiswa, dosen biasanya memberikan teguran ringan, pengurangan nilai, bahkan bisa TL dan mengulang. Sistem pendidikan di perguruan tinggi yang praktik penerapan dan pengawasannya masih sedikit, menjadi pemicu plagiarisme. Plagiarisme juga dapat menjadi suatu kasus yang dapat diperkarakan jika sudah dilaporkan.
Untuk menghindari plagiarisme, dalam sistem pendidikan sudah diterapkan pengajaran teknik penulisan melalui mata kuliah metodologi pertanian dan scientific writing (mata kuliah universitas luar negeri). Dengan mata kuliah ini, kita dapat mempelajari teknik pengambilan referensi agar tidak salah persepsi dalam mengutip secara keseluruhan. Biasanya pada semester awal, mahasiswa diberikan tugas berupa laporan praktikum dan makalah sebagai latihan, agar mengerti teknik penulisan yang benar. Selain plagiarisme, terdapat juga istilah autoplagiarisme. Autoplagiarisme adalah kegiatan memplagiat karya kita sendiri. Kegiatan autoplagiarisme ini juga dapat melanggar hak cipta apabila sumbernya tidak kita cantumkan. Namun, jika kita akan menulis kembali karya yang telah kita tulis tersebut, kita juga harus menyebut sumbernya agar tidak melanggar hak cipta.
Menurut Subejo, plagiarisme tidak dapat dihilangkan 100%, namun plagiarisme dapat diminimalkan. Hal ini karena berkaitan dengan kemunculan ide, ide muncul karena kita membaca ide dari orang lain lalu kita kembangkan menjadi karya tulisan baru. Namun, jika ide kita sama dengan ide orang lain, dan kebetulan orang tersebut sudah menulis lebih dahulu, ide besarnya dapat kita ambil dengan mengkombinasikan ide kita lalu dicantumkan sumber idenya. Untuk meminimalisasi plagiarisme, mahasiswa dianjurkan untuk sering-sering membaca. Jika ingin mudah, mahasiswa dapat menggunakan software enload. Dengan software ini, jika kita membaca suatu dokumen dan lupa mengetik sumbernya maka secara otomatis referensinya akan didokumentasikan. Adapun cara klasiknya yaitu dengan mengetik sumbernya terlebih dahulu pada artikel walaupun tidak lengkap. Setelah selesai membuat artikel kemudian kita dapat melengkapi referensinya dengan mencari diinternet.
               Pesan untuk mahasiswa dari Pak Subejo berkaitan dengan isu plagiarisme adalah jangan pernah takut untuk menulis. Walaupun terkadang memang isu plagiarisme menakutkan bagi mahasiswa, namun hal tersebut jangan menjadikan kekhawatiran untuk tidak menulis. Tidak ada beratnya untuk menulis, sepanjang tetap hati-hati dan bisa memodifikasi tulisan orang lain dengan tulisan kita dan jangan lupa untuk menuliskan referensinya (sumber). Plagiarisme dapat kita minimalisasikan mulai dari diri sendiri dan bukan hanya tugas mahasiswa saja, melainkan merupakan tugas bersama antara dosen dan mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar