Semester Tujuh.
Tujuh.
Menghela napas. Tak
ku sangka, aku sudah berada di titik di mana aku akan meninggalkan kehidupan
kampusku. Kehidupan sebagai mahasiswa yang telah aku jalani selama kurang lebih
empat tahun ini. Lelah. Ya. Lelah dan semua rasa yang aku rasakan selama aku menjadi
mahasiswa. Terlebih di semester-semester akhir ini. Berawal dari semester lima
yang memang rasa-rasanya diri ini serasa kerja rodi. Kuliah. Praktikum. Kuliah.
Praktikum. Tugas. Tugas. Deadline. Dan segala aktivitas ku yang tidak bisa ku manage dengan baik.
Padahal, aku sudah mengikuti salah satu organisasi kampus yang aku minati. Tetap saja, aku masih dikerjai oleh diriku sendiri dan waktu, sehingga keteraturanku untuk mengatur berbagai kegiatan yang aku lakukan, ada saja yang berantakan dan tentunya mengorbankan salah satu kegiatan. Dalam hal ini, aku menyadari ada sesuatu yang salah dalam diriku. Ya, aku kurang bisa membagi waktu dan memprioritaskan apa yang akan aku kerjakan. Aku akui, kekuranganku ada di situ *semoga tidak ada calon rekan kerja yang membaca pengakuan ku ini hehe*.
Berat. Memang berat. Kekurangan yang seharusnya bisa aku atasi semenjak aku mengenal dunia perkuliahan telah membuatku KO. Bahkan sampai detik ini. Tidak sedikit orang bilang, aku butuh banyak belajar mengorganisir diri sendiri dan kegiatanku. Aku sadar. Terkadang setan berhasil membujukku untuk terus bersantai menikmati waktu sehingga aku tak sadar telah membuang sebagian waktuku untuk hal yang tidak jelas.
Menyesal?
Kecewa?
Sedih?
Padahal, aku sudah mengikuti salah satu organisasi kampus yang aku minati. Tetap saja, aku masih dikerjai oleh diriku sendiri dan waktu, sehingga keteraturanku untuk mengatur berbagai kegiatan yang aku lakukan, ada saja yang berantakan dan tentunya mengorbankan salah satu kegiatan. Dalam hal ini, aku menyadari ada sesuatu yang salah dalam diriku. Ya, aku kurang bisa membagi waktu dan memprioritaskan apa yang akan aku kerjakan. Aku akui, kekuranganku ada di situ *semoga tidak ada calon rekan kerja yang membaca pengakuan ku ini hehe*.
Berat. Memang berat. Kekurangan yang seharusnya bisa aku atasi semenjak aku mengenal dunia perkuliahan telah membuatku KO. Bahkan sampai detik ini. Tidak sedikit orang bilang, aku butuh banyak belajar mengorganisir diri sendiri dan kegiatanku. Aku sadar. Terkadang setan berhasil membujukku untuk terus bersantai menikmati waktu sehingga aku tak sadar telah membuang sebagian waktuku untuk hal yang tidak jelas.
Menyesal?
Kecewa?
Sedih?
Tentu. Semua perasaan itu tidak bisa aku sembunyikan. Bahkan, sudah banyak orang yang mengenal pribadiku seperti itu. Tuhan pun tak jarang aku beri janji palsu. Ketika aku berdoa, "Tuhan bantu aku untuk blablabla." Dan aku berjanji untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik… Nyatanya? Nol besar. Aku tetap saja tak beranjak dari diriku yang lama.
Keterlaluan.
Seharusnya aku sudah sadar diri, harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depan. Untungnya, di awal semester penghujung kuliah ini aku telah sedikit bertobat dan menjadi diriku yang lebih baik, versiku tentunya. Yaaaa, setidaknya ada perubahan yang lumayan signifikan. Ya kan?
Aku bisa menikmati indahnya udara segar di pagi hari, berolahraga, merasakan keringat yang keluar disela hawa dingin kehidupanku waktu itu. Dan pada akhirnya aku bersyukur, "Tuhan, terima kasih atas anugerah baru yang Kau berikan dalam hidupku." Ya, inilah aku yang baru.
***
Niat awalku mendaftarkan diri yaitu, aku ingin menjadi asisten tutorial mata kuliah Ekonomi Makro. Itu saja. Dengan keyakinan bahwa di semester lima lalu aku enjoy, menguasai, dan mengerti seputar ekonomi makro yang telah aku pelajari. Di sisi lain, dalam hati yang terdalam, aku ingin menjadi pelaku ekonomi makro. Ya, contohnya perpajakan, impianku beberapa tahun silam yang kandas karena aku tidak bisa menembus dinding PKN STAN. Ceritanya sudah pernah aku post di blog ini, cari saja ya ;). Entah kenapa, semenjak kegagalan itu, ketika aku menerima mata kuliah ekonomi makro, semangatku untuk bisa menggapai impianku tersebut masih terbuka lebar. Meskipun dengan latar belakangku di dunia pertanian. Who knows?
Aku tidak bisa menjelaskan secara yakin 100%, mengapa aku sangat tertarik dengan dunia ekonomi makro khususnya perpajakan. Apa mungkin ini pengaruh dari Bapak? Atau Mba Ancis? Atau karena PKN STAN yang setelah lulus bisa ikatan kerja dinas di lingkup Kemenkeu? I don't know. Melebar sebentar, dunia kerja akhir-akhir ini memang sedikit kejam. Fresh Graduates dari universitas manapun harus berjuang keras supaya bisa mendapatkan pekerjaan. Dan sekarang, aku mengalaminya. Tepatnya, sedang mengalami prosesnya.
Mata kuliah Ekonomi Makro menjadi pelabuhan pertama yang aku pilih untuk menjadi asisten tutorial. Ini pengalaman pertamaku ketika aku memberanikan diri untuk mendaftar menjadi asisten tutorial. Aku sangat senang bisa terlibat dalam proses pemilihannya. Niatku yang ingin terus menggali potensi diri ini terhadap berbagai bahasan ekonomi makro menjadi modal utama yang terngiang dibenakku. Aku yakin, suatu saat nanti aku bisa menjadi pelaku ekonomi makro sukses. Pikirku dalam hati. Aku memang belum sepenuhnya menguasai ekonomi makro, tetapi aku yakin dan akan terus belajar agar aku bisa memenuhi cita-citaku itu.
***
Beberapa hari
sebelum waktu tenggat form pendaftaran
calon asisten tutorial via online
ditutup, aku terus meyakinkan diriku terhadap pilihanku. Akhirnya, aku mengisi form tersebut beberapa hari sebelum jatuh
tempo, dan meng-klik submit sambil
menantikan tanggal seleksi diumumkan. Hari demi hari terus berjalan, hingga
kegiatan perkuliahan berlangsung. Beberapa hari setelahnya, diumumkanlah
tanggal seleksi calon asisten tutorial di papan pengumuman dekat kantor TU
jurusan *waktu itu masih jurusan ya, belum departemen*. Sayangnya, aku lupa
kapan itu terjadi, seingatku di weekdays,
antara hari rabu atau kamis. Dengan modal beberapa materi perkuliahan ekonomi
makro tahun lalu, aku menunggu giliranku untuk diseleksi sembari membaca dan
memahami beberapa materi karena lupa-lupa ingat hehe. Rasanya waktu menunggu
giliran tentunya deg-deg an. Deg-deg an banget.
Melihat beberapa teman yang sudah selesai diseleksi dengan menunjukkan raut
muka yang berbagai macam rasa-rasanya telah menjelaskan seperti apa seleksi
yang mereka jalani.Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Namaku belum juga dipanggil ke dalam ruangan. Sudah menunggu sampai sore dan tentunya sangat lelah. Perlu kalian ketahui ya, menunggu adalah salah satu kegiatan yang membosankan. Untungnya, yang ditunggu ini adalah kegiatan yang sudah pasti, karena kita semua butuh kepastian hehehe. Puji Tuhan, sekitar pukul tiga sore akhirnya namaku dipanggil. Kemudian aku dan beberapa temanku masuk ke dalam ruangan seleksi. Kalau tidak salah ingat, ada Alfie, Dita Oi, Aura, dan Oli yang menemaniku. Kami semua diuji oleh Bu Any dan Pak Agus. Jujur, waktu itu aku belum kenal dengan Pak Agus, yang adalah dosen muda jurusan kami. *Pak maaf ya Pak,jujur saya baru kenal sama Bapak pas seleksi calon asisten tutorial ^^v*.
Proses seleksi berjalan secara santai-santai serius. Kadang diselingi tawa dari Pak Agus dan rekan-rekanku. Terlebih ketika kami belum yakin dengan jawaban yang kami berikan dan Bapak Ibu Dosen menanyakannya kembali sambil bercanda sedikit-sedikit. Proses seleksi berjalan cukup lama, sayangnya aku tidak ingat berapa lama durasinya. Waktu itu juga ditanyakan mengapa kami semua tidak ada yang memilih menjadi asisten PSEP, alasannya cukup beragam. Kalau tidak salah ingat kami berlima menolak menjadi asisten PSEP karena hmmm, berat brooo. Sebagian besar dari kami menjawab keberatan bila menjadi asisten PSEP, secara lapangan banget, dan dibutuhkan effort yang ngga kecil, berkaca dari pengalaman menjadi praktikan PSEP yang jatuh bangun *lebay ah hehe tapi memang kenyataannya begitu*.
Pihak dosen pun meyakinkan kami tentang pilihan kami. Sayangnya kami berlima tetep kekeuh pada pilihan kami masing-masing dan merasa keberatan apabila menjadi asisten PSEP. Namun, pada akhirnya dosen lah yang meyakinkan kami apabila kami terpilih menjadi asisten PSEP, kami bisa menjalankan tugas dengan baik. Kemudian, beberapa diantara kami mengiyakan pernyataan dosen, sehingga siap tidak siap, ketika pengumuman hasil seleksi ditempel, kami harus siap dan bisa menjalankan tugas kami sebagai asisten terutama PSEP dengan sebaik mungkin.
***
Beberapa hari
kemudian, LINE-ku berbunyi, ada satu notifikasi chat baru di grup sosek 2012.
Ternyata salah seorang temanku mengupload gambar hasil seleksi penerimaan
asisten praktikum dan tutorial mata kuliah sosial ekonomi pertanian. Dan, dalam
gambar yang diupload tersebut tertera namaku, ada di daftar asisten praktikum
PSEP dan asisten tutorial Ekonomi Makro. Deg. Jadi dua asisten dalam satu
semester? Waw pikirku. Apalagi aku masuk menjadi asisten PSEP. Glek. Awalnya
terasa sangat mendebarkan. Selain itu, aku sangat senang bisa dipercaya dan
diberi amanah oleh bapak/ibu dosen menjadi asisten tutorial Ekonomi Mikro yang
sangat aku dambakan. Tak ayal, setelah pengumuman itu dishare, mulai muncullah
grup baru asisten ^^ *welcome notifikasi line**hore line kembali rame**rame
karena grup**bukan karena ******* sensored*.
***
Dan… Perjalanan pun
dimulai. Perjalanan yang menceritakan kisah perjuangan manis pahitnya kehidupan
kuliahku. Percayalah, kisah perjuangan kehidupan kampus tiap orang tidaklah
sama. Oleh karena itu, aku, mencoba menjadi pribadi yang selalu menghormati kisah
perjuangan teman-temanku bahkan orang lain di luar sana. Mereka, kami, kamu,
dia, aku, dan kita, sama-sama berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi orang
tua, keluarga, kolega kampus, dan tentunya bangsa Indonesia. Hindarilah saling
membandingkan dengan orang lain tetapi belajarlah satu sama dengan yang lain.
Selamat merajut kisah perjuangan terbaik di detik-detik penghujung semester
kehidupan kampus kalian! Hidup Mahasiswa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar