17/05/17

Nonton Film dan Kulineran; Hal Wajib yang Tidak Boleh dilewatkan Oleh Mahasiswa Tingkat Akhir

Sesuai permintaan Adel, kalau diupload brightness maximal
Hmmm sore-sore begini abis nonton film favorit enaknya makan apa ya? Hehe. Mau cerita nih tentang perjalanan berburu kuliner bareng Adel (@.aninadelina). Salah satu sahabatku di Faperta. Untuk profil dia ntaran aja yah, kapan-kapan. Hahaha jangan ngambek ya Del kalo baca postingan ini wkwk.

Jadi begini hehe, setelah berteman baik selama bersemester-semester, tibalah saatnya kami berdua merasakan bagaimana menjadi kakak tingkat paling tua selama menjadi mahasiswa. Kemudian terbesitlah obrolan singkat yang intinya "Ooh gini toh rasanya jadi kakak tingkat angkatan 2010 dan 2011" *perbandingan angkatan kami dengan kakak tingkat yang lebih tua*. Kenapa dibandingkan dengan angkatan 2010 dan 2011? Kenapa nggak sama 2009, 2008, ke atas? Yupp, karena bagi kami angkatan yang terdekat adalah angkatan 2011 dan 2010. 
Perbincangan kami ini terjadi di sela-sela kami saling menunggui satu sama lain. Waktu itu saya sedang menunggu Adel menyelesaikan pekerjaannya di laboratorium. Saya lupa nama labnya, yang jelas lab milik jurusan Buper. Kami saling menunggu karena sudah janjian sebelumnya untuk nonton bareng di CGV Blitz Sahid JWalk. Kenapa nontonnya sore? Yup, karena saya masih ada beberapa urusan dengan dosen pembimbing skripsi sedangkan Adel masih dengan kegiatannya di lab.

Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 4 sore. Saya menunggu Adel di gazebo tengah dekat gedung A2, males kalo harus nunggu di lab, pengen cari yang seger-seger aja hehe. Tibalah waktunya Adel keluar dari pintu utama gedung A2. Tanpa tergesa-gesa untuk segera otw ke Sahid JWalk, saya mengajak Adel untuk bersantai terlebih dahulu sambil melihat para dedek-dedek gemesh yang masih betah nongkrong di gazebo. Lagian lumayan kan bisa dapat vitamin A gratis haha, biar ketularan muda maksudnya hehe.

Sambil mengobrolkan tentang posisi kami yang sudah memasuki mahasiswa tingkat akhir, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16:20 sore. Takut kesorean dan telat nonton, kemudian kami putuskan untuk otw ke Sahid JWalk. Kalau tidak salah ingat, waktu itu film yang kami tonton adalah film yang salah satu aktrisnya mantan mahasiswa berprestasi UGM. Adel kenal dan tahu sama mbaknya, berhubung saya nggak begitu ngeh jadi ya malah penasaran.

Backlight nih jadinya nggak begitu bagus :(
Untungnya, beberapa hari sebelum nonton Adel mem-forwardkan link sinopsis dari film tersebut. Rupanya film ini sudah mendapatkan banyak awards di banyak festival film internasional dan diakui banyak orang. Judul filmnya adalah Siti. Saya ingat betul dengan tokoh ini, iya Siti. Untuk judul lengkapnya silakan googling sendiri ya hehe.

Setibanya di Sahid JWalk dan alhamdullilah puji Tuhan nggak macet di jalan *padahal biasanya jam segini macet banget*, kami langsung naik menuju CGV Blitz dan membeli tiket film tersebut. Tak lupa, kami juga membeli camilan ala bioskop. Cuma popcorn sih, soalnya kami masih punya air minum (air putih) yang kami refill pakai Toyagama di kampus hehe. Terima kasih Toyagama, pengeluaran kami untuk air minum jadi lebih hemat :thumbs up:.

Film pun dimulai. Kami menonton dengan hati senang (?), soalnya ekspektasi kami terhadap film ini cukup tinggi. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya bahwa film ini mendapatkan banyak penghargaan, boleh lah ya? Salah satu hal yang patut kami berdua syukuri selama menonton film ini adalah kami membaca terlebih dahulu sinopsisnya. Soalnya kalau nggak membaca dulu, ehem bukan kenapa-kenapa sih, takutnya kalian nggak dong sama maksud film ini.

Scene demi scene kami tonton, sedikit demi sedikit kami mulai mengerti pesan apa yang dibawa film ini. Sayangnya, mungkin karena pemahaman kami berdua yang masih cetek (rendah) dan belum nyampe, jadi kesannya nggantung gitu. Terlebih di akhir film, kami berdua hanya bisa saling tatap-tatapan *bukan tatapan romantis ya --*, "Loh, Del/Pris kok gini?" Dengan memasang muka kami berdua yang sok polos nggak ngerti maksud akhir dari film tersebut.

Begitulah akhir dari kami menonton film Siti. Over all, filmnya sangat bagus, dari segi teknis, jalan cerita, akting pemerannya, dan unsur-unsur film lainnya, menurut kami berdua sebagai orang awam, sangatlah cantik. Di akhir film pun kami ditunjukkan bagaimana proses syutingnya. Namun bagi kami berdua, akhir dari film Siti ini istilahnya apa ya, hmmm seperti mempersilakan penonton yang menyimpulkan sendiri gitu. Sebenernya akhir dari film ini nggak membingungkan banget. Cuma ya gitu, kesannya digantungkan.

Maaf yah, fotonya cuma ada 4 ini doang --
Berkat ke-nggak-ngeh-an kami, akhirnya membuahkan hasil yaitu kelaparan. Salah satu faktor yang menimbulkan efek bingung kami selama menonton tadi kemungkinan adalah kami yang lapar. Maklum, seharian beraktivitas di kampus membuat kami lupa makan *selain karena nggak ada yang ngingetin makan* haha. Berhubung Sahid JWalk waktu itu baru saja buka mallnya, jadi belum ada tempat makan yang udah settle gitu, layaknya mall lain (Amplaz, JCM, Lippo Mall, dkk). Langsung saja kami putuskan berdua untuk makan di luar mall yeay!

Kebiasaan nggak baik saat kami lagi main adalah bingung menentukan tempat makan. Adel bilang terserah, saya pun begitu. Yah nggak nemu deh hahaha. Jalan tengahnya adalah searching di Instagram. Yup, salah satu favorit kami berdua adalah mencoba tempat makan yang lagi hits di Jogja, tanpa ketinggalan dengan promonya yang menarik ehehehe. Padahal alasan aslinya biar hemat di kantong wkwk.

Cukup lama mencari di Instagram, dan akhirnya nggak nemu, yaudah deh saya rekomendasiin ke Adel aja kalau makan mie Aceh di Bungong Jeumpa. Kebetulan saat itu saya lagi pengen banget makan makanan yang rempahnya nendang (?). Adel pun menyetujui, yupp kemudian kami cuss langsung mencari cabang Bungong Jeumpa terdekat.

Aslinya ada kejadian lucu waktu itu hehe. Ketika kami melewati daerah Seturan, harusnya kami berhenti di cabang Bungong Jeumpa yang ada di sana. Tapi, berhubung jalannya rame, macet, dan susah nyebrang karena letaknya berlawanan, maka kami putuskan untuk makan di cabang jalan Prof. Herman Yohanes, utaranya Galeria Mall.

Sesampainya di sana kami sangat bahagia karena nggak terlalu rame hehe. Lagian, waktu itu udah mepet sama jam maghrib. Oiya, tips aja sih buat kalian kalau nggak mau selalu bersin makan di Bungong Jeumpa, mending pilih tempat duduk yang jauh dari dapurnya hehe. Efek bumbu rempah-rempah yang dimasak dapat menimbulkan rentetan bersin yang menjengkelkan. Tapi santai aja, dapurnya ada di depan warung, jadi aroma bumbu rempah tadi bisa segera terbang bersama angin *tzadeeeezt*.

Kami memilih tempat duduk di lantai 2, selain untuk menghindari terjadinya bersin, enak aja sih bisa melihat indahnya senja Jogja. Duh Del, kok hal-hal beginian mesti sama kamu sih? HAHAHA. Oke lanjut, setelah memilih spot yang enak, kami langsung menulis beberapa menu untuk dipesan.

Kalau nggak salah inget, waktu itu saya pesan mie Aceh, lupa yang varian apa. Adel memilih untuk makan nasi ayam karena dia nggak terlalu suka makan mie. Alesannya sih karena karbo dan lagi pengen diet, yakin Del? Wkwk. Tenaaaaaang, kami berdua kalau kulineran nggak cuma pesen 2 makanan kok haha. Ada menu lain yaitu martabak (nyaris mirip pancake gitu) toping duren, hmm btw ini requestannya Adel ya. Dia waktu itu tergoda sama nih menu, karena mengandung unsur DUREN-nya. Saya sendiri juga cukup penasaran sih, jadi ya okelah kami pesan saja hehe. Untuk memenuhi meja makan, saya kemudian pesan satu menu lagi, yaitu roti canai *3*~ dengan toping ice cream ulala~ favoriiiit! Tak lupa, kami berdua juga pesan jeruk anget soalnya air minum kami abis haha.

Sembari menunggu makanan kami dimasak, saya pun mengingatkan Adel untuk sholat maghrib terlebih dahulu *asik religius banget deh kalau temenan sama saya haha*. Akhirnya setelah beberapa menit sabar menunggu, makanan kami pun datang. Waktunya makaaaaaaaaaaaaan \030/~. Hehehe, seneng banget deh. Keturutan bisa makan mie Aceh uwuw!

Muka lusuh abis seharian di kampus haha
Buat kalian yang penasaran gimana rasanya? Mie Aceh dan semua menu serba khas Aceh di Bungong Jeumpa enaaaaaaak banget!!! Bumbunya pas, enaknya pas, pokoknya rekomen banget! Jangan sampai kelewatan makan di Bungong Jeumpa deh kalau lagi kulineran di Yogya. Khususnya bagi kalian yang lagi pengen makan makanan khas Aceh :thumbs up:. Soal harganya? Harganya ramah di kantong kok, apalagi buat mahasiswa hehe. Masih aman lah yaaa. Saya aja yang habis makan di sini, rasanya masih pengen take away :') tapi perut udah full, yaudah lain kali aja makan di sini lagi hihi.

Sama dengan saya, Adel yang kala itu baru pertama kali makan di Bungong Jeumpa, mengiyakan pendapat saya. Akhirnya dia mau juga nyicipin mie Aceh yang saya pesan walau cuma seuprit -___-. Kebahagiaan yang hakiki efek makan pun terjadi, kami berdua senyam-senyum sambil makan haha. Apalagi makan dessertnya. Beuuuuuh udah deh juarak!

Setelah makan, kenyang, pulang deh kami hehe. Hari itu sungguh luar biasa bahagianya. Bisa refreshing pikiran dari kegiatan mahasiswa tingkat akhir yang sangat menyita pikiran haha. Bahagia banget bisa hangout bareng Adel, temen yang kalau ngajak jalan nggak akan lupa ngajak kulineran haha. Oiya perjalanan kulineran kami berdua tidak hanya berhenti di sini saja loh. Nantikan cerita lainnya yaaaa hahaha....

Buat kamu mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang, jangan lupa nonton film dan kulineran. Ini udah hal wajib yang ndak boleh kamu lewatkan. Semangat, sukses skripsinya!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar