20/08/17

My First Flight Experience

"Selamat Pagi anak-anak?"
"Apa kabar?"
W.O.W!
"Bagaimana liburan semester kalian?" Tanya Bu Milke saat mengawali pelajaran di hari pertama masuk sekolah.
"Seru, Bu".
"Menyenangkan". Sahut teman-temanku bebarengan.
"Kalian liburan kemana saja? Coba ceritakan".

Saking banyaknya teman-temanku yang antusias untuk menceritakan liburan mereka masing-masing, maka Bu Milke memutuskan untuk menanyai salah satu temanku.

"Oke, sekarang ibu mau tanya, kendaraan apa saja yang kalian gunakan sewaktu liburan?" Bu Milke menambahkan.

Dari 24 anak semuanya bebarengan menyebut motor, mobil, bus, dan kereta. Dengan muka penasaran Bu Milke kembali bertanya, "Siapa yang sudah pernah naik pesawat?" Pertanyaan ini sontak membuat suasana kelas menjadi hening, namun ada salah satu temanku yang mengangkat tangannya perlahan-lahan sambil tersenyum tersipu, "Saya, Bu". Jawaban itu membuat semua perhatian teman sekelasku tertuju padanya. Kemudian Bu Milke melanjutkan, "Wah baru satu orang ya yang sudah pernah naik pesawat? Bagaimana rasanya naik pesawat Dek? Tujuannya kemana?" Kemudian temanku menjawab, "Menyenangkan Bu, kemarin saya ke Kalimantan".

"Wah seru ya bisa liburan ke Kalimantan, Oke anak-anak cerita liburan kalian rupanya sangat menyenangkan ya? Sudah puaskan liburannya? Sekarang saatnya kita fokus belajar kembali ya!" "Siap Bu!" Jawab anak-anak dengan semangat.

Semenjak percakapan di awal pelajaran itu, aku jadi mempunyai angan-angan untuk naik pesawat. Gimana sih rasanya naik pesawat itu? Enak nggak ya? Bandara itu kayak gimana sih? Apakah sistemnya sama seperti terminal bus? Kontan semua pertanyaan itu muncul secara spontan di pikiranku. Sudah bertahun-tahun aku menggunakan kendaraan motor, mobil, dan bus jika ingin pergi liburan atau menghadiri acara di luar Jogja. Sampai tahun 2011, akhirnya aku bisa mewujudkan impianku tersebut.
Selfie ala-ala X)~

Tepatnya pada akhir Bulan Desember aku bisa mencicipi rasanya naik pesawat. Waktu itu, aku bersama bapak dan ibuku sudah jauh-jauh hari merencanakan untuk menghabiskan liburan Natal dan akhir tahun 2011 di Makassar. Kami memilih Makassar karena waktu itu bapak sedang dinas di sana dan saat liburan Natal-akhir tahun, bapak tidak dapat pulang ke Jogja karena cutinya sudah habis. Setelah menyepakati waktu dan menyusun rencana kegiatan selama di Makassar, kami lalu membeli tiket pesawat di salah satu agen maskapai pesawat yang menyediakan rute perjalanan Jogja-Makassar.

Tiket sudah siap dan persiapan untuk berlibur sudah komplit. Namun sayangnya, tepat beberapa hari menjelang keberangkatan, kami diberi kabar dari maskapai penyedia layanan bahwa penerbangan pada tanggal 26-31 Desember dibatalkan secara sepihak. Pemberitahuan yang bisa dibilang sangat mendadak ini membuat kami kecewa. Selain itu, ada satu hal yang mengecewakan kami kembali, yaitu adanya info mutasi (pemindahan pegawai) di lingkungan kerja bapak. Ternyata, terhitung mulai tanggal 26 Desember 2011 bapak resmi dimutasi di kantor  daerah Larantuka, NTT.

Mutasi ini mau tak mau membuat kami membatalkan penerbangan ke Makassar. Sedih. Sedih banget. Niat pengen main ke Makassar pupuslah sudah. Udah nggak bisa bayangin gimana rasanya main di wahana Trans Studio Makassar, Pantai Losari, Tanah Toraja, kuliner asli Makassar, dan tempat-tempat menarik lainnya.

Rasa kecewa sekaligus bahagia ini tidak membuat kami membatalkan rencana liburan kami. Meskipun penerbangan dibatalkan dan bapak dipindah di kantor Larantuka, kami tetap merancang rencana untuk liburan. Ternyata semangat ibu untuk mengunjungi tempat kerja bapak masih sangat tinggi. Sepindahnya bapak ke Larantuka membuat kami berinisiatif untuk membeli tiket pesawat Yogya-Maumere. 

Selepas kami selesai mengurus penggantian uang tiket pesawat yang dibatalkan, kami lalu membeli tiket pesawat tujuan Yogya-Maumere. Sayang seribu sayang, saat itu tiket yang diharapkan sudah sold out alias habis dipesan. Pertama kali mengetahui fakta itu aku langsung merasa sangat kecewa. Serasa udah nggak bisa mengekspresikan kekecewaan itu.

Mendengar berita menyedihkan ini, bapak langsung menyarankan kami untuk membeli tiket di waktu yang sama dengan bapak. Ternyata seminggu sebelum berangkat ke Larantuka, bapak pulang dulu ke Jogja kemudian baru berangkat ke Larantuka. Untunglah ada angin segar yang dapat menjadi solusi dari kekecewaan ini. Tanpa berpikir panjang dan basa-basi, kami langsung menelepon agen perjalanan untuk memesan tiket pesawat.

Maaf di dalam gelap hihi
Akhirnya kami mendapat tiket dengan rincian perjalanan pergi Yogyakarta-Denpasar-Maumere dan pulang Maumere-Denpasar-Juanda-Yogyakarta. Oh iya, ngomongin soal tiket pesawat, kami menghabiskan budget sekitar *piiiiip* (sengaja disensor hehe, cek sendiri ya di internet) rupiah. Biaya tiket ini terbilang sangat mahal karena kami belinya sangat mendadak dan menggunakan dua maskapai yang berbeda (pergi dan pulangnya).

Setelah urusan tiket sudah beres dan kami sudah merayakan Natal bersama keluarga di Jogja, tiba saatnya untuk merayakan pergantian tahun di pulau seberang. Yippie! Waktu yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Pagi buta jam 05:00 WIB kami sudah bersiap dan berkemas menuju Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta.

Setibanya kami di bandara, kami langsung check-in dan menunggu keberangkatan di ruang tunggu. Ini merupakan pengalaman pertamaku masuk ke dalam bandara. Yang sebelum-sebelumnya hanya bisa menunggu di luar untuk menjemput bapak, kali ini aku beneran naik pesawat sama bapak dan ibu. Rasanya seneng banget.

Tak lupa, perjalanan kami yang pertama menggunakan pesawat ini juga menjadi ajang untuk bapak mengenalkan tentang berbagai prosedur yang harus dilalui. Kesan pertama mengenai prosedur tersebut bagiku … *kemudian bingung* Hahahaha. Aku cuma bisa bengong nge-lihatin bapak ngajarin semua hal yang diperlukan seperti check-in, pemeriksaan barang, pemeriksaan tiket, dan kegiatan lain yang sebenernya aku juga nggak terlalu ngeh. Over all, ternyata kalau naik pesawat itu ribet juga yah, nggak sesimpel naik bus dan kereta. Prosedur yang dilalui bisa dibilang ketat dan sangat hati-hati.

Setelah selesai melalui beberapa tahap pengecekan, kemudian kami menunggu keberangkatan di ruang tunggu. Waktu itu musim liburan, jadi ada banyak penumpang lain yang menunggu bersama kami. Saat itu aku merasa sangat beruntung karena bisa diajak liburan ke tempat baru yang tentunya bakal memberikan pengalaman baru juga.

Selama menunggu keberangkatan, aku hanya bisa mainan hp sambil deg-degan gimana rasanya di pesawat nanti. Udah mbayangin pikiran yang macem-macem, tapi bapak memberikan ekspresi yang berbeda seolah mengejek kami berdua yang belum pernah naik pesawat. Yah maklum deh, bapak-kan beberapa tahun belakangan sering menggunakan transportasi, yang bagi kami cukup menguras dompet ini.

Mahalnya harga tiket membuat bapak tidak bisa pulang ke Jogja dengan periode pasti. Kadang 4 bulan baru pulang, kadang waktu ada cuti, dan kadang kalau ada libur panjang weekend (Jumat libur-Sabtu-Minggu). Kami pun demikian, tidak bisa asal mengunjungi beliau di sana. Hal ini karena ada banyak faktor selain harga tiket yang kudu dipertimbangkan.

Professional design!
Satu jam berlalu. Tidak terasa sejak kaki ini menjejak di aspalan bandara Jogja, akhirnya tiba saatnya untuk memasuki parkiran pesawat. Angin sangat kencang, udara terasa sangat hangat. Kami bertiga pun mulai menuju pesawat Garuda Indonesia yang mesinnya sudah dinyalakan (ibarat kayak manasin kendaraan gitu deh). Walaupun jarak ruang tunggu sampai pesawat lumayan jauh, tapi hati ini tetap berbunga-bunga karena melihat pesawat yang ternyata... sangat besar wkwk.

Pertama kali melihat besarnya badan pesawat Garuda Indonesia kala itu membuatku untuk tak bisa berhenti tersenyum. Bayangkan saja, aku yang belum pernah melihat secara langsung, dekat lagi, the real airplane. Langsung takjub aja gitu, wih keren emang, pesawat body-nya gede banget hahaha. Oiya, waktu itu aslinya pengen foto gitu, tapi berhubung ada banyak penumpang jadi emmm nggak deh hihihi.

Niat untuk berfoto membelakangi tulisan "Garuda Indonesia" terbungkam sudah oleh rasa malu. Yah yasudah kapan-kapan saja, batinku. Padahal waktu itu bapak dengan senang hati menawarkan padaku dan ibu untuk berfoto. Sayang sih, tapi gimana ya hehehe, sebenernya banyak juga penumpang lain yang berfoto bahagia T-T...

Hemmm karena tidak jadi foto, akhirnya kami bertiga langsung masuk ke dalam kabin. Di pintu masuk, kami disambut hangat pramugari dan pramugara. Mba-mba mas-masnya cantik dan ganteng. Sangat professional look banget deh. Gila, jadi bener selama ini yang banyak orang bilang bahwa pramugara/i itu ... Sangat keren! Seragamnya juga bagus, oiya selain itu Garuda Indonesia juga menawarkan koran untuk kami baca. Ada banyak koran yang didisplay gitu dan kita boleh ambil seperlunya.

Berlanjut setelah melewati mas-mas mba-mba pramugara/i, kami langsung mencari nomor tempat duduk. Duh, aku lupa e nomornya berapa aja, yang jelas bapak memilih tempat duduk di tengah-tengah. Waktu itu kami duduk bertiga satu baris, seneng deh bisa duduk barengan nggak kepisah. Di dalam kabin pesawat, kita diperbolehkan menyimpan tas kecil layaknya rak penyimpanan di atas bus-bus gitu. Waktu itu aku bawa satu tas ransel kecil, karena tidak boleh disimpan di bawah maupun di sekitar tempat duduk, jadinya ransel tersebut aku simpan di rak atas.

Tas sudah diamankan, saatnya untuk duduk tenang menunggu instruksi dari awak kabin. Sebelum take off, para penumpang diberikan beberapa instruksi seperti pemakaian seatbelt, penyelamatan diri, penggunaan pelampung, dan instruksi lain yang berkaitan dengan keselamatan selama penerbangan. Lagi-lagi aku dibuat terkejut, ya, dengan semua instruksi yang diperagakan mas-mas mba mba pramugara/i. Dengan seksama aku perhatikan apa saja yang diinstruksikan. Setelah semua yang diperagakan selesai, kemudian mereka mulai mengecek seatbelt, posisi duduk, dan posisi meja lipat disekitar kursi para penumpang. Pertama kali menggunakan seatbelt pesawat rasanya aneh, karena bagiku sangat berbeda jika dibandingkan dengan seatbelt mobil.
Isi di dalam kardus snack hehe

Pengecekan selesai. Tiba saatnya untuk take off! Rasanyaaaaaaaaaa??? Deg-degaaaaaaan HAHAHA. Dalam hati udah nggak karuan deh, pesawat jalan perlahan-lahan menuju landasan untuk take off. Hihihi mungkin karena area bandara Jogja yang sempit jadi pesawatnya harus gantian pakai landasannya yakk hehe. Pelan-pelan-pelan kemudian ada suara dari pilot gitu, lupa ngomong apa, yang jelas menginfokan pesawat take off jam berapa gitu-gitu deh.

Beuh, beneran deh, waktu itu yang dipikirin cuma berserah sama Yang Diatas. Take off pertama yang menegangkan. Bener-bener menegangkan karena apa ya, bisa dibilang perbedaan tekanan, gravitasi, gitu-gitu, rasanya bikin mak deg sama keringat dingin (yawla Pris wkwk). Oiya, telinga juga ikutan jadi emm rada budeg gimana gitu. Ngeri banget rasanya, tapi pas pesawat udah di atas (kira-kira 14.000 feet apa ya) udah enak, nyaman aja.

Nah!!! Yang bikin kaget lagi adalah ketika pesawat mulai bermanuver untuk BELOK! Yawla, yawla, yawla, pesawat belok di langit guys, berasa naik apa gitu. Apesnya waktu itu aku duduk di deket jendela. Udah deh abis aja, rasanya ketika pesawat mulai belok tuh kayak mau jatuh gitu akunya. Jantung deg-deg mak ser, udah nggak karuan elah perasaanku HAHAHA. Dan aku cuma bisa megang tangan ibuku sekencang-kencangnya. Keselnya, setelah pesawat selesai bermanuver, bapak ngetawain aku yang mukanya langsung pucet seketika -_______________________________-. Bener-bener pucet. Aku sama ibu sih tepatnya, kalau bapak mah karena udah sering jadi woles-woles aja hihi.

Dua momen tadi (take off dan belok) merupakan kejadian pertama yang bisa dikategorikan dalam kejutan buat aku dan ibu. Selepas kedua momen awal itu, selama penerbangan enak-enak aja. Bisa dibilang kayak berasa nggak naik kendaraan, smooth aja gitu. Eh tau-tau udah mau landing, kan aneh yakk hihihi. Oiya, sebelum landing, kami diberi snack dan minum. Waktu itu aku dan ibu minta orange juice, sedangkan bapak kopi. Untuk ragam makanan isi snack sama semua kayaknya.
Lumayan menyenangkan ^^

Enaknya lagi, di Garuda Indonesia kita dihibur dengan sebuah video (bukan film sih) yang diputar melalui layar kecil gitu. Semacam tv yang ada di bus-bus gitu, bedanya layar ini berukuran kecil dan terletak di bagian atas setiap 5-6 baris kursi penumpang. Sayangnya bagiku video yang diputar tidak menarik sama sekali hehe, jadi mending tidur deh. Alasan lain yang menguatkan untuk tidur adalah pemandangan di luar jendela pesawat yang putih awan doang wkwk. Ya... kan awalnya ngira bakal ada pemandangan kayak yang dibilang orang-orang, eh ternyata hehe.

Yogyakarta-Bali ternyata cukup ditempuh dalam satu setengah jam. Secepat itu yah ternyata penerbanganku. Rasa-rasanya tadi barusan take off eh udah mau landing aja. Heeem ini nih momen kejutan yang selanjutnya, yup, benar! Landing! Setelah tadi terkejut dengan take off, saatnya kami terkejut kembali dengan landing. Jujur sih, enakan landing daripada take off, meskipun sama-sama bikin deg-deg ser hahaha.

Bonusnya, waktu landing kita bisa lihat pemandangan di bawah pesawat. Terlihat jelas rumah-rumah warga, bangunan, pohon-pohon, dan alam sekitar. Oiya, berhubung landingnya di Bandara Ngurah Rai, jadi pemandangan yang kami lihat adalah jalan layang bandara, laut, dan letak landasan pacu yang berseberangan dengan laut. Cantik banget, sayang waktu itu nggak bisa mengabadikan karena saking takut ndredegnya hehe.

Yupp, pesawat pun perlahan-lahan berhenti. Kami para penumpang mulai bersiap mengemasi barang-barang kami yang ada di kabin. Akhirnya, kami mendarat juga di Bandara Ngurah Rai Bali.

Ada sesuatu yang unik yang tidak kutemukan ketika di Bandara Adi Sucipto, yaitu para penumpang diberikan tumpangan menggunakan bus dari tempat parkir pesawat menuju pintu ruang keluar. Kenapa waktu di Jogja nggak ada? Mungkin salah satu alasannya karena bandara Jogja kecil, jadi jarak pintu ruang keluar menuju parkir pesawat bisalah direngkuh dengan berjalan kaki hehehe. Sepertinya alasan tersebut masuk akal, bisa dibayangkan saja berapa luasnya landasan, apabila kami tetap kekeuh jalan kaki maka ... :').

Well, perjalanan kami ke Larantuka tidak berhenti di Bandara Bali. Masih ada beberapa jam lagi yang harus kami tempuh untuk sampai di Larantuka. Sementara waktu, kami harus menghabiskan waktu (transit) di Bandara Ngurah Rai. Hmmm bagaimana ya cerita penerbangan selanjutnya? Apakah sama menegangkan atau lebih menyenangkan? Tunggu kisah selanjutnya di part 2! Happy holiday guys! Jangan lupa bahagia :).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar