"Apa kabar?"
![]() |
W.O.W! |
"Seru, Bu".
"Menyenangkan". Sahut teman-temanku bebarengan.
"Kalian liburan kemana saja? Coba ceritakan".
Saking
banyaknya teman-temanku yang antusias untuk menceritakan liburan mereka
masing-masing, maka Bu Milke memutuskan untuk menanyai salah satu temanku.
"Oke,
sekarang ibu mau tanya, kendaraan apa saja yang kalian gunakan sewaktu
liburan?" Bu Milke menambahkan.
Dari 24
anak semuanya bebarengan menyebut motor, mobil, bus, dan kereta. Dengan muka
penasaran Bu Milke kembali bertanya, "Siapa yang sudah pernah naik
pesawat?" Pertanyaan ini sontak membuat suasana kelas menjadi hening,
namun ada salah satu temanku yang mengangkat tangannya perlahan-lahan sambil
tersenyum tersipu, "Saya, Bu". Jawaban itu membuat semua perhatian
teman sekelasku tertuju padanya. Kemudian Bu Milke melanjutkan, "Wah baru
satu orang ya yang sudah pernah naik pesawat? Bagaimana rasanya naik pesawat
Dek? Tujuannya kemana?" Kemudian temanku menjawab, "Menyenangkan Bu,
kemarin saya ke Kalimantan".
"Wah
seru ya bisa liburan ke Kalimantan, Oke anak-anak cerita liburan kalian rupanya
sangat menyenangkan ya? Sudah puaskan liburannya? Sekarang saatnya kita fokus
belajar kembali ya!" "Siap Bu!" Jawab anak-anak dengan semangat.
Semenjak
percakapan di awal pelajaran itu, aku jadi mempunyai angan-angan untuk naik
pesawat. Gimana sih rasanya naik pesawat itu? Enak nggak ya? Bandara itu kayak
gimana sih? Apakah sistemnya sama seperti terminal bus? Kontan semua pertanyaan
itu muncul secara spontan di pikiranku. Sudah bertahun-tahun aku menggunakan
kendaraan motor, mobil, dan bus jika ingin pergi liburan atau menghadiri acara
di luar Jogja. Sampai tahun 2011, akhirnya aku bisa mewujudkan impianku tersebut.
![]() |
Selfie ala-ala X)~ |
Tepatnya pada akhir Bulan Desember aku bisa mencicipi rasanya naik pesawat. Waktu itu, aku bersama bapak dan ibuku sudah jauh-jauh hari merencanakan untuk menghabiskan liburan Natal dan akhir tahun 2011 di Makassar. Kami memilih Makassar karena waktu itu bapak sedang dinas di sana dan saat liburan Natal-akhir tahun, bapak tidak dapat pulang ke Jogja karena cutinya sudah habis. Setelah menyepakati waktu dan menyusun rencana kegiatan selama di Makassar, kami lalu membeli tiket pesawat di salah satu agen maskapai pesawat yang menyediakan rute perjalanan Jogja-Makassar.
Tiket
sudah siap dan persiapan untuk berlibur sudah komplit. Namun sayangnya, tepat
beberapa hari menjelang keberangkatan, kami diberi kabar dari maskapai penyedia
layanan bahwa penerbangan pada tanggal 26-31 Desember dibatalkan secara
sepihak. Pemberitahuan yang bisa dibilang sangat mendadak ini membuat kami
kecewa. Selain itu, ada satu hal yang mengecewakan kami kembali, yaitu adanya
info mutasi (pemindahan pegawai) di lingkungan kerja bapak. Ternyata, terhitung
mulai tanggal 26 Desember 2011 bapak resmi dimutasi di kantor daerah Larantuka, NTT.
Mutasi
ini mau tak mau membuat kami membatalkan penerbangan ke Makassar. Sedih. Sedih
banget. Niat pengen main ke Makassar pupuslah sudah. Udah nggak bisa bayangin
gimana rasanya main di wahana Trans Studio Makassar, Pantai Losari, Tanah
Toraja, kuliner asli Makassar, dan tempat-tempat menarik lainnya.
Rasa
kecewa sekaligus bahagia ini tidak membuat kami membatalkan rencana liburan
kami. Meskipun penerbangan dibatalkan dan bapak dipindah di kantor Larantuka,
kami tetap merancang rencana untuk liburan. Ternyata semangat ibu untuk
mengunjungi tempat kerja bapak masih sangat tinggi. Sepindahnya bapak ke
Larantuka membuat kami berinisiatif untuk membeli tiket pesawat
Yogya-Maumere.
Selepas
kami selesai mengurus penggantian uang tiket pesawat yang dibatalkan, kami lalu
membeli tiket pesawat tujuan Yogya-Maumere. Sayang seribu sayang, saat itu
tiket yang diharapkan sudah sold out
alias habis dipesan. Pertama kali mengetahui fakta itu aku langsung merasa
sangat kecewa. Serasa udah nggak bisa mengekspresikan kekecewaan itu.
Mendengar
berita menyedihkan ini, bapak langsung menyarankan kami untuk membeli tiket di
waktu yang sama dengan bapak. Ternyata seminggu sebelum berangkat ke Larantuka,
bapak pulang dulu ke Jogja kemudian baru berangkat ke Larantuka. Untunglah ada
angin segar yang dapat menjadi solusi dari kekecewaan ini. Tanpa berpikir
panjang dan basa-basi, kami langsung menelepon agen perjalanan untuk memesan
tiket pesawat.
![]() |
Maaf di dalam gelap hihi |
Setelah
urusan tiket sudah beres dan kami sudah merayakan Natal bersama keluarga di
Jogja, tiba saatnya untuk merayakan pergantian tahun di pulau seberang. Yippie!
Waktu yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Pagi buta jam 05:00 WIB kami sudah
bersiap dan berkemas menuju Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta.
Setibanya
kami di bandara, kami langsung check-in
dan menunggu keberangkatan di ruang tunggu. Ini merupakan pengalaman pertamaku
masuk ke dalam bandara. Yang sebelum-sebelumnya hanya bisa menunggu di luar
untuk menjemput bapak, kali ini aku beneran naik pesawat sama bapak dan ibu.
Rasanya seneng banget.
Tak lupa,
perjalanan kami yang pertama menggunakan pesawat ini juga menjadi ajang untuk
bapak mengenalkan tentang berbagai prosedur yang harus dilalui. Kesan pertama
mengenai prosedur tersebut bagiku … *kemudian bingung* Hahahaha. Aku cuma bisa
bengong nge-lihatin bapak ngajarin semua hal yang diperlukan seperti check-in, pemeriksaan barang, pemeriksaan
tiket, dan kegiatan lain yang sebenernya aku juga nggak terlalu ngeh. Over all, ternyata kalau naik pesawat itu
ribet juga yah, nggak sesimpel naik bus dan kereta. Prosedur yang dilalui bisa
dibilang ketat dan sangat hati-hati.
Setelah
selesai melalui beberapa tahap pengecekan, kemudian kami menunggu keberangkatan
di ruang tunggu. Waktu itu musim liburan, jadi ada banyak penumpang lain yang
menunggu bersama kami. Saat itu aku merasa sangat beruntung karena bisa diajak
liburan ke tempat baru yang tentunya bakal memberikan pengalaman baru juga.
Selama
menunggu keberangkatan, aku hanya bisa mainan hp sambil deg-degan gimana
rasanya di pesawat nanti. Udah mbayangin pikiran yang macem-macem, tapi bapak
memberikan ekspresi yang berbeda seolah mengejek kami berdua yang belum pernah
naik pesawat. Yah maklum deh, bapak-kan beberapa tahun belakangan sering
menggunakan transportasi, yang bagi kami cukup menguras dompet ini.
Mahalnya
harga tiket membuat bapak tidak bisa pulang ke Jogja dengan periode pasti.
Kadang 4 bulan baru pulang, kadang waktu ada cuti, dan kadang kalau ada libur
panjang weekend (Jumat
libur-Sabtu-Minggu). Kami pun demikian, tidak bisa asal mengunjungi beliau di
sana. Hal ini karena ada banyak faktor selain harga tiket yang kudu
dipertimbangkan.
![]() |
Professional design! |
Pertama
kali melihat besarnya badan pesawat Garuda Indonesia kala itu membuatku untuk
tak bisa berhenti tersenyum. Bayangkan saja, aku yang belum pernah melihat
secara langsung, dekat lagi, the real airplane.
Langsung takjub aja gitu, wih keren emang, pesawat body-nya gede banget hahaha. Oiya, waktu itu aslinya pengen foto
gitu, tapi berhubung ada banyak penumpang jadi emmm nggak deh hihihi.
Niat
untuk berfoto membelakangi tulisan "Garuda Indonesia" terbungkam
sudah oleh rasa malu. Yah yasudah kapan-kapan saja, batinku. Padahal waktu itu
bapak dengan senang hati menawarkan padaku dan ibu untuk berfoto. Sayang sih,
tapi gimana ya hehehe, sebenernya banyak juga penumpang lain yang berfoto
bahagia T-T...
Hemmm
karena tidak jadi foto, akhirnya kami bertiga langsung masuk ke dalam kabin. Di
pintu masuk, kami disambut hangat pramugari dan pramugara. Mba-mba mas-masnya
cantik dan ganteng. Sangat professional look
banget deh. Gila, jadi bener selama ini yang banyak orang bilang bahwa
pramugara/i itu ... Sangat keren! Seragamnya juga bagus, oiya selain itu Garuda
Indonesia juga menawarkan koran untuk kami baca. Ada banyak koran yang didisplay gitu dan kita boleh ambil seperlunya.
Berlanjut
setelah melewati mas-mas mba-mba pramugara/i, kami langsung mencari nomor
tempat duduk. Duh, aku lupa e nomornya berapa aja, yang jelas bapak memilih
tempat duduk di tengah-tengah. Waktu itu kami duduk bertiga satu baris, seneng
deh bisa duduk barengan nggak kepisah. Di dalam kabin pesawat, kita
diperbolehkan menyimpan tas kecil layaknya rak penyimpanan di atas bus-bus
gitu. Waktu itu aku bawa satu tas ransel kecil, karena tidak boleh disimpan di
bawah maupun di sekitar tempat duduk, jadinya ransel tersebut aku simpan di rak
atas.
Tas sudah
diamankan, saatnya untuk duduk tenang menunggu instruksi dari awak kabin.
Sebelum take off, para penumpang
diberikan beberapa instruksi seperti pemakaian seatbelt,
penyelamatan diri, penggunaan pelampung, dan instruksi lain yang berkaitan
dengan keselamatan selama penerbangan. Lagi-lagi aku dibuat terkejut, ya,
dengan semua instruksi yang diperagakan mas-mas mba mba pramugara/i. Dengan
seksama aku perhatikan apa saja yang diinstruksikan. Setelah semua yang
diperagakan selesai, kemudian mereka mulai mengecek seatbelt, posisi duduk, dan posisi meja lipat disekitar kursi
para penumpang. Pertama kali menggunakan seatbelt
pesawat rasanya aneh, karena bagiku sangat berbeda jika dibandingkan dengan seatbelt mobil.
![]() |
Isi di dalam kardus snack hehe |
Pengecekan
selesai. Tiba saatnya untuk take off!
Rasanyaaaaaaaaaa??? Deg-degaaaaaaan HAHAHA. Dalam hati udah nggak karuan deh,
pesawat jalan perlahan-lahan menuju landasan untuk take off. Hihihi mungkin karena area bandara Jogja yang sempit
jadi pesawatnya harus gantian pakai landasannya yakk hehe. Pelan-pelan-pelan
kemudian ada suara dari pilot gitu, lupa ngomong apa, yang jelas menginfokan
pesawat take off jam berapa gitu-gitu
deh.
Beuh,
beneran deh, waktu itu yang dipikirin cuma berserah sama Yang Diatas. Take off pertama yang menegangkan. Bener-bener
menegangkan karena apa ya, bisa dibilang perbedaan tekanan, gravitasi,
gitu-gitu, rasanya bikin mak deg sama keringat dingin (yawla Pris wkwk). Oiya,
telinga juga ikutan jadi emm rada budeg gimana gitu. Ngeri banget rasanya, tapi
pas pesawat udah di atas (kira-kira 14.000 feet apa ya) udah enak, nyaman aja.
Nah!!!
Yang bikin kaget lagi adalah ketika pesawat mulai bermanuver untuk BELOK!
Yawla, yawla, yawla, pesawat belok di langit guys,
berasa naik apa gitu. Apesnya waktu itu aku duduk di deket jendela. Udah deh
abis aja, rasanya ketika pesawat mulai belok tuh kayak mau jatuh gitu akunya.
Jantung deg-deg mak ser, udah nggak karuan elah perasaanku HAHAHA. Dan aku cuma
bisa megang tangan ibuku sekencang-kencangnya. Keselnya, setelah pesawat
selesai bermanuver, bapak ngetawain aku yang mukanya langsung pucet seketika
-_______________________________-. Bener-bener pucet. Aku sama ibu sih
tepatnya, kalau bapak mah karena udah sering jadi woles-woles aja hihi.
Dua momen
tadi (take off dan belok) merupakan
kejadian pertama yang bisa dikategorikan dalam kejutan buat aku dan ibu.
Selepas kedua momen awal itu, selama penerbangan enak-enak aja. Bisa dibilang
kayak berasa nggak naik kendaraan, smooth
aja gitu. Eh tau-tau udah mau landing,
kan aneh yakk hihihi. Oiya, sebelum landing, kami diberi snack dan minum. Waktu itu aku dan ibu minta orange juice, sedangkan bapak kopi. Untuk
ragam makanan isi snack sama semua
kayaknya.
![]() |
Lumayan menyenangkan ^^ |
Enaknya
lagi, di Garuda Indonesia kita dihibur dengan sebuah video (bukan film sih)
yang diputar melalui layar kecil gitu. Semacam tv yang ada di bus-bus gitu,
bedanya layar ini berukuran kecil dan terletak di bagian atas setiap 5-6 baris
kursi penumpang. Sayangnya bagiku video yang diputar tidak menarik sama sekali
hehe, jadi mending tidur deh. Alasan lain yang menguatkan untuk tidur adalah
pemandangan di luar jendela pesawat yang putih awan doang wkwk. Ya... kan
awalnya ngira bakal ada pemandangan kayak yang dibilang orang-orang, eh
ternyata hehe.
Yogyakarta-Bali
ternyata cukup ditempuh dalam satu setengah jam. Secepat itu yah ternyata
penerbanganku. Rasa-rasanya tadi barusan take
off eh udah mau landing aja.
Heeem ini nih momen kejutan yang selanjutnya, yup, benar! Landing! Setelah tadi terkejut dengan take off, saatnya kami terkejut kembali dengan
landing. Jujur sih, enakan landing
daripada take off, meskipun sama-sama bikin deg-deg ser hahaha.
Bonusnya,
waktu landing kita bisa lihat
pemandangan di bawah pesawat. Terlihat jelas rumah-rumah warga, bangunan,
pohon-pohon, dan alam sekitar. Oiya, berhubung landingnya di Bandara Ngurah
Rai, jadi pemandangan yang kami lihat adalah jalan layang bandara, laut, dan
letak landasan pacu yang berseberangan dengan laut. Cantik banget, sayang waktu
itu nggak bisa mengabadikan karena saking takut ndredegnya hehe.
Yupp,
pesawat pun perlahan-lahan berhenti. Kami para penumpang mulai bersiap
mengemasi barang-barang kami yang ada di kabin. Akhirnya, kami mendarat juga di
Bandara Ngurah Rai Bali.
Ada
sesuatu yang unik yang tidak kutemukan ketika di Bandara Adi Sucipto, yaitu
para penumpang diberikan tumpangan menggunakan bus dari tempat parkir pesawat
menuju pintu ruang keluar. Kenapa waktu di Jogja nggak ada? Mungkin salah satu
alasannya karena bandara Jogja kecil, jadi jarak pintu ruang keluar menuju
parkir pesawat bisalah direngkuh dengan berjalan kaki hehehe. Sepertinya alasan
tersebut masuk akal, bisa dibayangkan saja berapa luasnya landasan, apabila
kami tetap kekeuh jalan kaki maka ... :').
Tidak ada komentar:
Posting Komentar