![]() |
Nyang kenyaaaaaang~ |
Tibalah waktunya untuk masuk pesawat menuju Maumere. Ternyata, pesawat ke Maumere menggunakan pesawat kecil (waktu itu bapak bilang/nyebutnya pesawat baling-baling). Sempet rada parno awal-awal ngeliat, soalnya dibandingin sama pesawat yang tadi jauh sangat berbeda. Kecil banget. Kalo dibandingin sama landasan pacu bandaranya aja pesawatnya udah keliatan kecil haha. Hemmmm waktu naik pesawat Bali-Maumere ini juga beda, kayaknya nggak cocok jika dibandingkan sama maskapai yang tadi di awal hehe. Mulai dari pelayanan ada bedanya gitu. Ya taulah ya kenapa hehehe. Tapi, untuk prosedur penerbangan misalnya pengecekan seatbelt, demo penyelamatan diri, dllnya tetap sama kok. Soalnya standar doooong!
Ini nih bagian yang menegangkan di awal take off! Dugaanku benar! Ternyata lebih menegangkan guys naik pesawat kecil dibandingkan boeing *yaeyalah*. Berasa naik apa yah, ngeri pokoknya haha. Kalo boeing kan masih enak ya suara mesinnya ada bass-bassnya gitu. Lah, kalo pesawat baling-baling tuh baling-balingnya waktu muter sangat kedengeran tek-tek-tek gitu. Yawla ngeri bayanginnya. Tapi... Nggak ngeri-ngeri juga kok, tenaaaaang~...
![]() |
Editan memperlihatkan segalanya HAHAHA |
Apalagi ya, rute yang kami lewati adalah lautan luas sepanjang Bali-Lombok-NTB. Nggak usah dibayangin deh ya ngeri abis. Oiya sepanjang penerbangan dari Bali ke Maumere aku duduk sebelahan sama ibu. Tempat duduknya hanya 2-2, jadi bapak terpisah dan duduk dengan penumpang lain. Waktu itulah iman dan keberanian kami berdua diuji. Sepanjang penerbangan kami hanya bisa mengepalkan kedua tangan sambil berpasrah pada Tuhan. Maaf ya, abisnya kami berdua sangat parno waktu itu. Apalagi aku sempat menengok pemandangan di bawah, yang ehem, biru semua dan sekali-kali ada ombak yang bermain di bawahnya. Horor lah pokoknya. Asli!
![]() |
Satu...dua...tiga... Cekrek! |
**anw, udah ya bahas kondisi selama di pesawat,
pokoknya gitu deh ngeri-ngeri menegangkan**
Setelah keluar dari
pesawat, aku dan ibu menyempatkan diri untuk berfoto. Bapak yang memfoto kami
berdua. Kemudian gantian deh, aku yang motoin bapak dan ibu. Hmmm maafkan muka
kucelku yah hehe. Itu efek jetlag sama
takut selama di atas. #Okesipabaikan
![]() |
Yeay sampe! |
Prosedur keluar dari
bandara Maumere sama seperti di bandara lainnya. Tas yang kita bawa bisa
diambil di luggage. Sekali lagi, waktu
itu fasilitas bandara di sana belum begitu sempurna layaknya bandara besar lain,
jadi ya tetep okelah. Harapannya semoga ke depannya bisa lebih ciamik ini
bandara yah, amiiiin!
Waktu itu jam menunjukkan pukul 4 atau 5 sore ya, lupa e aku. Di sana, kami dijemput sopir kantor bapak. Sekitar 15 menit kami menunggu, akhirnya mobil jemputan sampai juga di bandara. Perut yang lapar memaksa kami untuk bersantap terlebih dahulu sebelum menempuh perjalanan darat ke Larantuka. Makan bakso! Harganya sepuluh ribuan, padahal di Jawa masih sekitar 6-7 ribuan. Komplit sih, enak, tapi rada asin, dan aneh aja, agak beda sama di Jawa. Btw ini fotonya aku ambil secara diam-diam, tapi akhirnya ketahuan karena bunyinya belum tak silent duh malu aku. Mana dikatain ibu untuk dokumentasi, soalnya sopir bapak orang Larantuka heuheuheueu. Anggep aja kenang-kenangan selama aku main di sini.
![]() |
Ini dia penampakan baksonyaaa :9 |
Puas makan, kemudian
kami melanjutkan perjalanan ke Larantuka. Cuy, awalnya aku nggak ngira
perjalanan darat yang super melelahkan itu akan terjadi. Jarak dari bandara
Maumere dengan kota Larantuka bisa sejauh Yogya-Cilacap. Iya, 5 jam harus kami
tempuh. Melewati jalan sepi, banyak pohon, dan industri kayu mungkin? Karena di
beberapa kanan-kiri jalan ada banyak kayu gitu.
Mmmmm btw ya, aku nggak tau sih bener apa nggak,
tapi menurutku orang asli sana kalau mengendarai kendaraan bermotor jago pisan
euy .___.a! You know what i mean lah. Di
mobil, aku hampir aja pusing mual muntah jadi satu. Untungnya, kondisiku waktu
itu sangat capek jadi mudah terlelap dan jalan yang sepi petang dapat menghalau
pikiran negatif hahaha. Eh tapi ngeri juga sih, kondisi medan jalannya banyak
yang berliku. Lebih ngeri dibandingin jalan kelok Wonosari, A.S.E.L.I!
![]() |
Foto bakso yang gagal *sebelum disilent dan belum ketauan --" |
Akhirnyaaaaaa
sekitar pukul 10 malam waktu setempat kami sudah sampai di rumah. Jalanan
sekitar sangat-sangat sepi. Kendaraan yang lewat, yang papasan dengan mobil
kami pun bisa dihitung dengan jari. Benar-benar pengalaman yang luar biasa. Biasanya, hal ini aku temui di pedesaan daerah di Jawa. Setelah mengucapkan
terima kasih ke sopir kantor, kami lalu membereskan diri bersiap untuk bobok
bareng!
Di malam yang melelahkan itu, kami bertiga bobok bak teri dijemur hehe. Aku-ibu-bapak, sudah lama kami tidak bobok seperti itu sejak terakhir kali saat aku masih kecil. Aaaaah jadi nostalgia. Kami pun terlelap dan kembali menyelami perjalanan panjang kami di alam mimpi.
Di malam yang melelahkan itu, kami bertiga bobok bak teri dijemur hehe. Aku-ibu-bapak, sudah lama kami tidak bobok seperti itu sejak terakhir kali saat aku masih kecil. Aaaaah jadi nostalgia. Kami pun terlelap dan kembali menyelami perjalanan panjang kami di alam mimpi.
Lelah seharian
menempuh perjalanan yang bisa dikatakan sangat panjang, membuat malam kami
menjadi sangat singkat. Hanya tercipta sedikit obrolan antara bapak dan ibu,
aku? Langsung bablas bobok *beneran ini, perjalanan ke Luar Jawa cukup
melelahkan*. Yah begitulah malam pertama kami di Larantuka. Cerita perjalanan
panjang ini tidak akan pernah ku lupakan. Bagaimana dekatnya kita pada perasaan
pasrah kepada Sang Pencipta. Lingkungan baru, orang-orang yang lebih beragam,
sosial dan tentunya budaya baru. Ada banyak hal baru yang kutemukan di sini.
Penasaran? Tunggu kisah selanjutnya ya! Selamat jalan-jalan :D~...
hmm mbakso maumere...
BalasHapus