
Oiya, untuk sementara ini saya ingin berbagi kepada teman-teman tentang tulisan-tulisan saya selama berorganisasi dalam BPPM Primordia. Organisasi sekaligus keluarga saya yang pertama di Fakultas Pertanian UGM. Beberapa tulisan saya di Primordia yang saya terbitkan di blog saya ini, juga bisa teman-teman baca di BPPM Primordia. Websitenya bagus loh, lebih fresh, makin suka deh ❤️❤️❤️.
Sekilas untuk tulisan berikut ini; tulisan ini adalah karya orisinil saya sebelum 'disentuh' tangan editor kece (Sayyida Ikrima; pemimpin umum Primordia kala itu). Jadi ceritanya, Primordia mendapat undangan eksklusif untuk meliput kegiatan Festival Memedi Sawah Desa Wisata Candran. Saya meliput kegiatan tersebut ditemani Ikrima, kepala rumah tangga Griya Jurnalis 2015 hehe. Daaaan jadilah tulisan ini.
Silakan dibaca dan diberi komentar ya, jangan lupa kunjungi dan baca berita dari teman-teman BPPM Primordia juga! Selamat membaca 😍😍😍. (Hasil finishing akhir dari liputan dan tulisan ini bisa dibaca di Festival Memedi Sawah by BPPM Primordia)
***
Festival
Memedi Sawah yang diadakan di Desa Wisata Candran, Kebonagung, Imogiri,
Kabupaten Bantul DIY, pada Jumat, (30/10/2015) resmi dibuka. Pembukaan Festival
Memedi Sawah ini disemarakkan dengan pameran memedi sawah dari peserta lomba
yang dipasang disekitar sawah tempat pembukaan festival berlangsung. Festival
Memedi Sawah 2015 dibuka oleh Rektor ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta,
Dr. M. Agus Burhan. Menurut Burhan, memedi sawah adalah suatu alat ataupun
suatu hasil perkakas yang dihasilkan dalam aktivitas pertanian. “Ini (red.
Memedi sawah) merupakan sebuah
kreatifitas kearifan lokal dari kebudayaan pertanian, bagaimana para
petani mengembangkan suatu upaya kreatif untuk bisa menjaga tanaman padinya supaya
tidak diserang hama burung. Kreatifitas tersebut merupakan suatu kreatifitas
yang berbasis pada lokalitas. Oleh karena itu, lahirlah teknologi sederhana
yang didalamnya juga mengandung unsur-unsur kreatifitas yaitu memedi sawah.”
Jelasnya.
Perintisan
Desa Wisata Candran diawali dengan pendirian Museum Tani Jawa yang didirikan
oleh Kristian Bintara dengan gotong royong bersama masyarakat desa. Dalam
pengembangannya, pengelola desa wisata dibantu oleh Dinas Pariwisata dan Accor
Group. Tujuan diadakannya festival memedi sawah itu sendiri adalah untuk
mengundang warga dan wisatawan lokal maupun internasional sekaligus sebagai
media untuk mengkomunikasikan tradisi budaya tani (nilai-nilai perjuangan
petani; jujur, tidak neko-neko,
bersyukur, dll) dan budaya lain yang ada di Desa Candran kepada generasi saat
ini termasuk generasi muda. Festival Memedi Sawah sudah berlangsung sejak tahun
2008, dan di tahun ini (2015) merupakan gelaran festival yang ke-8. Pemilihan
Memedi sawah sebagai ikon Desa Wisata Candran sendiri dikarenakan memedi sawah
merupakan tradisi tani yang bisa divisualkan, mempunyai nilai seni, budaya, dan
kreatifitas. “Ke depan, tidak menutup kemungkinan akan adanya pengembangan
terhadap artefak budaya pertanian lain selain memedi sawah.” Ucap Kristian.
Burhan juga menambahkan bahwa memedi sawah tersebut tidak hanya berhenti pada
artefak-artefak sederhana sebagaimana yang kita lihat dimasa lalu. “Itu tentu
saja bisa dikembangkan dalam kreatifitas terus menerus dengan sentuhan kesenian
baik itu kesenian modern maupun kontemporer sekarang.” Pungkasnya. Adapun ciri
khas memedi sawah Desa Candran adalah tampilannya yang alami pada pertanian khususnya
tani padi, serta orang-orangan sawah yang tidak biasa karena dikreasikan dengan
kitiran dan model saat ini. Selain mengunggulkan Memedi Sawah dan Museum Tani
Jawa, Desa Candran juga mempunyai kesenian lain, yakni Nini Thowong. Nini
Thowong adalah atraksi boneka yang ditarikan oleh ibu-ibu dan diiringi dengan
gamelan serta lesung.
Bagi
masyarakat Desa Candran, adanya festival memedi sawah ini dapat dijadikan
sebagai ladang penghasilan dan kesibukan baru. Masyarakat sangat mendukung
festival ini dan berharap acara selanjutnya bisa lebih meriah dan lebih maju
agar kehidupan masyarakat desa mengalami peningkatan. Sayangnya, keterlibatan
masyarakat dinilai lumayan karena masih ada beberapa yang belum memahami
tentang bagaimana memindahkan dari masyarakat tani ke masyarakat pariwisata.
“Hanya beberapa yang paham, tetapi pengelola desa wisata terus menginformasikan
bahwa Desa Candran layak dijadikan sebagai desa wisata. Melalui festival ini
masyarakat juga belajar untuk memenejemen bagaimana menyuguhkan tamu,
wisatawan, bule, dll.” Ungkap
Kristian. Bagi Karno, masyarakat Desa Candran, festival ini dapat menambah
kebahagiaan bagi masyarakat desa, selain itu adanya memedi sawah yang
dikreasikan dapat menambah nilai artistik di sawah supaya tidak sepi.
Festival
Memedi Sawah merupakan magnet yang tentu saja memberikan daya tarik luar biasa
bagi Desa Candran maupun Museum Tani Jawa. Salah satunya bisa untuk
pengembangan bentuk wisata yang baru sekaligus melengkapi event-event wisata sebelumnya. Bagi Burhan, ini merupakan momentum
yang baik dan sangat produktif, Festival Memedi Sawah disamping juga
menampilkan kreatifitas-kreatifitas yang berupa memedi memedi sawah, yang sudah
dikreasikan juga disertai dengan acara-acara pendukung seperti seminar, lomba
memedi sawah, dan lomba tumpeng yang menyertakan berbagai macam kreatifitas kuliner
yang ada dalam kekayaan Desa Candran. “Festival memedi sawah tidak harus
berhenti pada bagaimana kita mengolah memedi sawah itu saja menjadi suatu
kreatifitas yang baru tetapi kita bisa menyertakan atau menarik
aktivitas-aktivitas pendukung pertanian yang lain untuk bisa kita kembangkan
menjadi lebih baik dan lebih modern, dilain pihak kita juga mempertahankan
nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang itu semua bisa mempunyai nilai
edukatif maupun nilai yang dikembangkan untuk pariwisata.” Tambahnya.
Meskipun
ISI Yogyakarta belum bekerja sama dengan Desa Wisata Candran, pada tahun yang
akan datang pengelola desa wisata ingin berkolaborasi dengan ISI Yogyakarta
dalam mengembangkan Desa Wisata Candran. Hal ini disambut baik oleh Agus Burhan
karena Memedi Sawah ini sangat potensial untuk dikembangkan dan digarap menjadi
seni publik yang berbasis pada lingkungan atau environmental art. Hal yang
dapat dikembangkan antara lain; berbagai macam potensi artefak-artefak
pertanian atau memedi sawah baik itu ditampilkan secara masal dalam seni
kontemporer atau juga sebagai souvenir untuk bisa mendorong pariwisata
pertanian di Desa Candran menjadi lebih baik dan lebih maju. “Sehingga kita
dapat menampilkan memedi sawah yang lebih unik, kreatif, dan massal tetapi
tidak melupakan lokalitas sebagai sumber yang harus dikembangkan dalam
kreativitas environmental art atau
seni publik.” Tutupnya. (mpm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar