27/04/17

Festival Memedi Sawah; Menuju Desa Wisata yang Berbasis Lokalitas dan Edutourism

Halo! Sudah cukup lama sepertinya vakum di blog hehe. Maafkan ya, lagi-lagi harus mengumbar janji untuk segera menerbitkan tulisan. Mohon tunggu dan bersabar ya, karena beberapa hari terakhir ini saya sedang menggodhog *hmmm merebus* ide-ide pikiran menjadi tulisan yang layak diterbitkan dalam blog kesayangan saya ini hihihi 😊😊😊.

Oiya, untuk sementara ini saya ingin berbagi kepada teman-teman tentang tulisan-tulisan saya selama berorganisasi dalam BPPM Primordia. Organisasi sekaligus keluarga saya yang pertama di Fakultas Pertanian UGM. Beberapa tulisan saya di Primordia yang saya terbitkan di blog saya ini, juga bisa teman-teman baca di BPPM Primordia. Websitenya bagus loh, lebih fresh, makin suka deh ❤️❤️❤️.

Sekilas untuk tulisan berikut ini; tulisan ini adalah karya orisinil saya sebelum 'disentuh' tangan editor kece (Sayyida Ikrima; pemimpin umum Primordia kala itu). Jadi ceritanya, Primordia mendapat undangan eksklusif untuk meliput kegiatan Festival Memedi Sawah Desa Wisata Candran. Saya meliput kegiatan tersebut ditemani Ikrima, kepala rumah tangga Griya Jurnalis 2015 hehe. Daaaan jadilah tulisan ini.

Silakan dibaca dan diberi komentar ya, jangan lupa kunjungi dan baca berita dari teman-teman BPPM Primordia juga! Selamat membaca 😍😍😍. (Hasil finishing akhir dari liputan dan tulisan ini bisa dibaca di Festival Memedi Sawah by BPPM Primordia)
***

Festival Memedi Sawah yang diadakan di Desa Wisata Candran, Kebonagung, Imogiri, Kabupaten Bantul DIY, pada Jumat, (30/10/2015) resmi dibuka. Pembukaan Festival Memedi Sawah ini disemarakkan dengan pameran memedi sawah dari peserta lomba yang dipasang disekitar sawah tempat pembukaan festival berlangsung. Festival Memedi Sawah 2015 dibuka oleh Rektor ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta, Dr. M. Agus Burhan. Menurut Burhan, memedi sawah adalah suatu alat ataupun suatu hasil perkakas yang dihasilkan dalam aktivitas pertanian. “Ini (red. Memedi sawah) merupakan sebuah  kreatifitas kearifan lokal dari kebudayaan pertanian, bagaimana para petani mengembangkan suatu upaya kreatif untuk bisa menjaga tanaman padinya supaya tidak diserang hama burung. Kreatifitas tersebut merupakan suatu kreatifitas yang berbasis pada lokalitas. Oleh karena itu, lahirlah teknologi sederhana yang didalamnya juga mengandung unsur-unsur kreatifitas yaitu memedi sawah.” Jelasnya.
Perintisan Desa Wisata Candran diawali dengan pendirian Museum Tani Jawa yang didirikan oleh Kristian Bintara dengan gotong royong bersama masyarakat desa. Dalam pengembangannya, pengelola desa wisata dibantu oleh Dinas Pariwisata dan Accor Group. Tujuan diadakannya festival memedi sawah itu sendiri adalah untuk mengundang warga dan wisatawan lokal maupun internasional sekaligus sebagai media untuk mengkomunikasikan tradisi budaya tani (nilai-nilai perjuangan petani; jujur, tidak neko-neko, bersyukur, dll) dan budaya lain yang ada di Desa Candran kepada generasi saat ini termasuk generasi muda. Festival Memedi Sawah sudah berlangsung sejak tahun 2008, dan di tahun ini (2015) merupakan gelaran festival yang ke-8. Pemilihan Memedi sawah sebagai ikon Desa Wisata Candran sendiri dikarenakan memedi sawah merupakan tradisi tani yang bisa divisualkan, mempunyai nilai seni, budaya, dan kreatifitas. “Ke depan, tidak menutup kemungkinan akan adanya pengembangan terhadap artefak budaya pertanian lain selain memedi sawah.” Ucap Kristian. Burhan juga menambahkan bahwa memedi sawah tersebut tidak hanya berhenti pada artefak-artefak sederhana sebagaimana yang kita lihat dimasa lalu. “Itu tentu saja bisa dikembangkan dalam kreatifitas terus menerus dengan sentuhan kesenian baik itu kesenian modern maupun kontemporer sekarang.” Pungkasnya. Adapun ciri khas memedi sawah Desa Candran adalah tampilannya yang alami pada pertanian khususnya tani padi, serta orang-orangan sawah yang tidak biasa karena dikreasikan dengan kitiran dan model saat ini. Selain mengunggulkan Memedi Sawah dan Museum Tani Jawa, Desa Candran juga mempunyai kesenian lain, yakni Nini Thowong. Nini Thowong adalah atraksi boneka yang ditarikan oleh ibu-ibu dan diiringi dengan gamelan serta lesung.
Bagi masyarakat Desa Candran, adanya festival memedi sawah ini dapat dijadikan sebagai ladang penghasilan dan kesibukan baru. Masyarakat sangat mendukung festival ini dan berharap acara selanjutnya bisa lebih meriah dan lebih maju agar kehidupan masyarakat desa mengalami peningkatan. Sayangnya, keterlibatan masyarakat dinilai lumayan karena masih ada beberapa yang belum memahami tentang bagaimana memindahkan dari masyarakat tani ke masyarakat pariwisata. “Hanya beberapa yang paham, tetapi pengelola desa wisata terus menginformasikan bahwa Desa Candran layak dijadikan sebagai desa wisata. Melalui festival ini masyarakat juga belajar untuk memenejemen bagaimana menyuguhkan tamu, wisatawan, bule, dll.” Ungkap Kristian. Bagi Karno, masyarakat Desa Candran, festival ini dapat menambah kebahagiaan bagi masyarakat desa, selain itu adanya memedi sawah yang dikreasikan dapat menambah nilai artistik di sawah supaya tidak sepi.
Festival Memedi Sawah merupakan magnet yang tentu saja memberikan daya tarik luar biasa bagi Desa Candran maupun Museum Tani Jawa. Salah satunya bisa untuk pengembangan bentuk wisata yang baru sekaligus melengkapi event-event wisata sebelumnya. Bagi Burhan, ini merupakan momentum yang baik dan sangat produktif, Festival Memedi Sawah disamping juga menampilkan kreatifitas-kreatifitas yang berupa memedi memedi sawah, yang sudah dikreasikan juga disertai dengan acara-acara pendukung seperti seminar, lomba memedi sawah, dan lomba tumpeng yang menyertakan berbagai macam kreatifitas kuliner yang ada dalam kekayaan Desa Candran. “Festival memedi sawah tidak harus berhenti pada bagaimana kita mengolah memedi sawah itu saja menjadi suatu kreatifitas yang baru tetapi kita bisa menyertakan atau menarik aktivitas-aktivitas pendukung pertanian yang lain untuk bisa kita kembangkan menjadi lebih baik dan lebih modern, dilain pihak kita juga mempertahankan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang itu semua bisa mempunyai nilai edukatif maupun nilai yang dikembangkan untuk pariwisata.” Tambahnya.
Meskipun ISI Yogyakarta belum bekerja sama dengan Desa Wisata Candran, pada tahun yang akan datang pengelola desa wisata ingin berkolaborasi dengan ISI Yogyakarta dalam mengembangkan Desa Wisata Candran. Hal ini disambut baik oleh Agus Burhan karena Memedi Sawah ini sangat potensial untuk dikembangkan dan digarap menjadi seni publik yang berbasis pada lingkungan atau environmental art. Hal yang dapat dikembangkan antara lain; berbagai macam potensi artefak-artefak pertanian atau memedi sawah baik itu ditampilkan secara masal dalam seni kontemporer atau juga sebagai souvenir untuk bisa mendorong pariwisata pertanian di Desa Candran menjadi lebih baik dan lebih maju. “Sehingga kita dapat menampilkan memedi sawah yang lebih unik, kreatif, dan massal tetapi tidak melupakan lokalitas sebagai sumber yang harus dikembangkan dalam kreativitas environmental art atau seni publik.” Tutupnya. (mpm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar